Cerita Hot - Gejolak Nafsu Adik Tiri

Cerita Hot - Aq bangga mempunyai ayah yang tangguh dan pekerja keras tapi karena keadaan yang mengharuskan pisah kita menuruti prosesnya saja, padahal ayahku sering member nafkah yang dibilang lebih dari cukup kepada aq dan mamaq, ayahklu bekerja sebagai pejabat dia jujur dalam bekerja tidak mau untuk korupsi selayaknya teman kantornya.

Cerita Hot - Ketika Perawanku Diambil oleh Ayah Dan Kakak Tiriku

Saat aq masuk ke bangku kuliah aq menjadi primadona yang baru di kampus karena sosokku yang cantik tinggi dan seksi aq mempuyai ukuran payudara yang besar dari dulu aq diajari oleh orangtuaq untuk berperilaq sopan dan taat, kemana mana jika kalau aq pergi selalu ditemani oleh ayah atau ibu, tapis ekarang sudah tidak sehabis perceraian kedua orangtuaq aq ikut ibu dan setelah 2 bulan percerain ibuku menikah lagi dengan pengusaha restoran dia juga duda beranak 1. 

Setelah percerain orang tuaq aq jika berpergian bebas tanpa ditemani mama, pernah sekali aq juga masuk ke club malam, Itu juga setelah dibujuk rayu oleh seorang laki-laki teman kuliahku. Setelah itu aq kapok. Mungkin karena baru pertama kali ini aq pergi ke diskotik, baru saja duduk sepuluh menit, aq sudah merasakan pusing, tidak tahan dengan suara musik disko yang bising berdentam-dentam, ditambah dengan bau asap rokok yang memenuhi ruangan diskotik tersebut.

“Don, kepala aq pusing. Kita pulang aja yuk.” cerita ngentot terbaru 2017
“Alaa, Mer. Kita kan baru sampai di sini. Masa bkamum apa-apa udah mau pulang. Rugi kan. Lagian kan masih sore.”
“Tapi aq udah tidak tahan lagi.”
“Gini deh, Mer. Aq kasih kamu obat penghilang pusing.”
Temanku itu memberikanku tablet yang berwarna putih. Aq pun langsung menelan obat sakit kepala yang diberikannya.
“Gimana sekarang rasanya? Enak kan?”

Aq mengangguk. Memang rasanya kepalaq sudah mulai tidak sakit lagi. Tapi sekonyong-konyong mataq berkunang-kunang. Semacam aliran aneh menjalari sekujur tubuhku. Antara sadar dan tidak sadar, kulihat temanku itu tersenyum.

Kurasakan ia memapahku kkamuar diskotik. “Ini cewek lagi mabuk”, katanya kepada petugas keamanan diskotik yang menanyainya. Lalu ia menjalankan mobilnya ke sebuah motel yang tidak begitu jauh dari tempat itu.

Setiba di motel, temanku memapahku yang terhuyung-huyung masuk ke dalam sebuah kamar. Ia membaringkan tubuhku yang tampak menggeliat-geliat di atas ranjang. Kemudian ia menindih tubuhku yang tergeletak tak berdaya di kasur.

Temanku dengan gemas mencium bibirku yang merekah mengundang. Kedua belah buah dadaq yang ranum dan kenyal merapat pada dadanya. Darah kelaki-lakiannya dengan cepat semakin tergugah untuk menggagahiku. “Ouuhh.. Don!” desahku.

Temanku meraih tubuhku yang ramping. Ia segera mendekapku dan mengulum bibirku yang ranum. Lalu diciuminya bagian telinga dan leherku. Aq mulai menggerinjal-gerinjal. Sementara itu tangannya mulai membuka satu persatu kancing blus yang kupakai.

Kemudian dengan sekali sentakan kasar, ia menarik lepas tali BH-ku, sehingga tubuh bagian atasku terbuka lebar, siap untuk dijelajahi. Tangannya mulai meraba-raba buah dadaq yang berukuran cukup besar itu.

Terasa suatu kenikmatan tersendiri pada syarafku ketika buah dadaq dipermainkan olehnya. “Don.. Ouuhh.. Ouuhh..” rintihku saat tangan temanku sedang asyik menjamah buah dada. Tak lama kemudian tangannya setelah puas berpetualang di buah dadaq sebelah kiri, kini berpindah ke buah dadaq yang satu lagi, sedangkan lidahnya masih menggumuli lidahku dalam ciuman-ciumannya yang penuh desakan nafsu yang semakin menjadi-jadi.

Lalu ia menanggalkan celana panjangku. Tampaklah pahaq yang putih dan mulus itu. Matanya terbelalak melihatnya. Temanku itu mulai menykamusupkan tangannya ke balik celana dalamku yang berwarna kuning muda. Dia mulai meremas-remas kedua belah gumpalan pantatku yang memang montok itu. “Ouh.. Ouuh.. Jangan, Don! Jangan! Ouuhh..” jeritku ketika jari-jemari temanku mulai menyentuh bibir kewanitaanku. Namun jeritanku itu tak diindahkannya, sebaliknya ia menjadi semakin bergairah.

Ibu jarinya mengurut-urut klitorisku dari atas ke bawah berulang-ulang. Aq semakin menggerinjal-gerinjal dan berulang kali menjerit. Kepala temanku turun ke arah dadaq. Ia menciumi belahan buah dadaq yang laksana lembah di antara dua buah gunung yang menjulang tinggi. Aq yang seperti tersihir, semakin menggerinjal-gerinjal dan merintih tatkala ia menciumi ujung buah dadaq yang kemerahan.

Tiba-tiba aq seperti terkejut ketika lidahnya mulai menjilati ujung puting susuku yang tidak terlalu tinggi tapi mulai mengeras dan tampak menggiurkan. Seperti mendapat kekuatanku kembali, segera kutampar wajahnya. Temanku itu yang kaget terlempar ke lantai.
Aq segera mengenakan pakaianku kembali dan berlari ke luar kamar. Ia hanya terpana memandangiku. Sejak saat itu aq bersumpah tidak akan pernah mau ke tempat-tempat seperti itu lagi.

Sudah dua tahun berlalu aq dan ibuku hidup bersama dengan ayah dan adik tiriku, Hasan, yang umurnya tiga tahun lebih muda dariku. Kehidupan kami berjalan normal seperti layaknya kkamuarga bahagia.

Aq pun yang saat itu sudah di semester enam kuliahku, diterima bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta nasional papan atas. Meskipun aq bkamum selesai kuliah, namun berkat penampilanku yang menarik dan keramah-tamahanku, aq bisa diterima di situ, sehingga aq pun berhak mengenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit di atas lutut. 

Sampai suatu saat, tiba-tiba ibuku terkena serangan jantung. Setelah diopname selama dua hari, ibuku wafat meninggalkan aq. Rasanya seperti langit runtuh menimpaq saat itu. Sejak itu, aq hanya tinggal bertiga dengan ayah tiriku dan Hasan.

Sepeninggal ibuku, sikap Hasan dan ayahnya mulai berubah. Mereka berdua beberapa kali mulai bersikap kurang ajar terhadapku, terutama Hasan. Bahkan suatu hari saat aq ketiduran di sofa karena kecapaian bekerja di kantor, tanpa kusadari ia memasukkan tangannya ke dalam rok yang kupakai dan meraba paha dan selangkanganku.

Ketika aq terjaga dan memarahinya, Hasan malah mengancamku. Kemudian ia bahkan melepaskan celana dalamku. Tetapi untung saja, setelah itu ia tidak berbuat lebih jauh. Ia hanya memandangi kewanitaanku yang bkamum banyak ditumbuhi bulu sambil menelan air liurnya.

Lalu ia pergi begitu saja meninggalkanku yang langsung saja merapikan pakaianku kembali. Selain itu, Hasan sering kutangkap basah mengintip tubuhku yang bugil sedang mandi melalui lubang angin kamar mandi. Aq masih berlapang dada menerima segala perlaqan itu. Pada saat itu aq baru saja pulang kerja dari kantor. Ah, rasanya hari ini lelah sekali. Tadi di kantor seharian aq sibuk melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang secara besar-besaran. Entah karena apa, hari ini bank tempatku bekerja terkena rush.

Ingin rasanya aq langsung mandi. Tetapi kulihat pintu kamar mandi tertutup dan sedang ada orang yang mandi di dalamnya. Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sambil menunggu kamar mandi kosong, lebih baik aq berbaring dulu melepaskan penat di kamar. Akhirnya setelah melepas sepatu dan menanggalkan blazer yang kukenakan, aq pun langsung membaringkan tubuhku tengkurap di atas kasur di kamar tidurnya. Ah, terasa nikmatnya tidur di kasur yang demikian empuknya. Tak terasa, karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, aq pun tertidur tanpa sempat berubah posisi.

Aq tak menyadari ada seseorang membuka pintu kamarku dengan perlahan-lahan, hampir tak menimbulkan suara. Orang itu lalu dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih terlelap. Kemudian ia naik ke atas tempat tidur.
Tiba-tiba ia menindih tubuhku yang masih tengkurap, sementara tangannya meremas-remas belahan pantatku. Aq seketika itu juga bangun dan meronta-ronta sekuat tenaga. Namun orang itu lebih kuat, ia melepaskan rok yang kukenakan.

Kemudian dengan secepat kilat, ia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pantatku yang montok. Aq semakin memberontak sewaktu tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sekali-sekali aq mendelik-delik saat jari tkamunjuknya dengan sengaja berulang kali menyentil-nyentil klitorisku.

“Aahh! Jangaann! Aaahh..!” aq berteriak-teriak keras ketika orang itu menyodokkan jari tkamunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke dalam kewanitaanku yang masih sempit itu, setelah celana dalamku ditanggalkannya. Akan tetapi ia mengacuhkanku. Tanpa mempedulikan aq yang terus meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi lubang kenikmatanku itu, semakin lama semakin tinggi intensitasnya.

Aq bersyukur dalam hati waktu orang itu menghentikan perbuatan gilanya. Akan tetapi tampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan tubuhku sehingga tertelentang menghadapnya. Aq terperanjat sekali mengetahui siapa orang itu sebenarnya.

“Hasan.. Kamu..” Hasan hanya menyeringai buas.
“Eh, Mer. Sekarang kamu boleh berteriak-teriak sepuasnya, tidak ada lagi orang yang bakalan menolong kamu. Apalagi si nenek tua itu sudah mampus!”
Astaga Hasan menyebut ibuku, ibu tirinya sendiri, sebagai nenek tua. Keparat.
“Hasan! Jangan, Hasan! Jangan laqkan ini! Aq kan kakak kamu sendiri! Jangan!”
“Kakak? Denger, Mer. Aq tidak pernah nganggap kamu kakak aq. Siapa suruh kamu jadi kakak aq. Yang aq tau cuma papa aq kawin sama nenek tua, mama kamu!”

“Hasan!”
“Kamu kan cewek, Mer. Papa udah ngebiayain kamu hidup dan kuliah. Kan tidak ada salahnya aq sebagai anaknya ngewakilin dia untuk meminta imbalan dari kamu. Bales budi dong!”
“Iya, Hasan. Tapi bukan begini caranya!”
“Heh, yang aq butuhin cuman tubuh molek kamu, tidak mau yang lain. Aq tidak mau tau, kamu mau kasih apa tidak!”
“Errgh..”

Aq tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mulut Hasan secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia mkamumat bibirku yang merekah itu, membuatku hampir tidak bisa bernafas. Aq mencoba meronta-ronta melepaskan diri.
Tapi cekalan tangan Hasan jauh lebih kuat, membuatku tak berdaya. “Akh!” Hasan kesakitan sewaktu kugigit lidahnya dengan cukup keras. Tapi, “Plak!” Ia menampar pipiku dengan keras, membuat mataq berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaq yang terasa seperti berputar-putar.

Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, Hasan mengkamuarkan beberapa utas tali sepatu dari dalam saq celananya. Kemudian ia membentangkan kedua tanganku, dan mengikatnya masing-masing di ujung kiri dan kanan tempat tidur.
Demikian juga kedua kakiku, tak luput diikatnya, sehingga tubuhku menjadi terpentang tak berdaya diikat di keempat arah.
Oleh karena kencangnya ikatannya itu, tubuhku tertarik cukup kencang, membuat dadaq tambah tegak membusung. Melihat pemandangan yang indah ini membuat mata Hasan tambah menyalang-nyalang bernafsu.

Tangan Hasan mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Setelah kancing-kancing blusku terbuka semua, ditariknya blusku itu ke atas. Kemudian dengan sekali sentakan, ditariknya lepas tali pengikat BH-ku, sehingga buah dadaq yang membusung itu terhampar bebas di depannya.
“Wow! Kamu punya toket bagus gini kok tidak bilang-bilang, Mer! Auum!” Hasan langsung melahap buah dadaq yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian.

Tapi aq tidak mampu berbuat apa-apa. Semakin keras aq meronta-ronta tampaknya ikatan tanganku semakin kencang. Sakit sekali rasanya tanganku ini. Jadi aq hanya membiarkan buah dada dan puting susuku dilumat Hasan sebebas yang ia suka. Aq hanya bisa menengadahkan kepalaq menghadap langit-langit, memikirkan nasibku yang sial ini.
“Aaarrghh.. Hasan! Jangaann..!” Lamunanku buyar ketika terasa sakit di selangkanganku. Ternyata Hasan mulai menghujamkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas.

Melihat aq yang sudah tergeletak pasrah, memberikan rangsangan yang lebih hebat lagi pada Hasan. Dengan sekuat tenaga ia menambah dorongan kemaluannya masuk kekamar dalam kewanitaanku. Membuatku meronta-ronta tak karuan.
“Urrgh..” Akhirnya Hasan sudah tidak dapat menahan lagi gejolak nafsu di dalam tubuhnya. Kemaluannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental di dalam kewanitaanku. Sebagian berceceran di atas sprei sewaktu ia mengkamuarkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, menandakan selaput daraq sudah robek olehnya. Karena kelelahan, tubuh Hasan langsung tergolek di samping tubuhku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah.
“Braak!” Aq dan Hasan terkejut mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku melihat siapa yang melaqkannya.

“Papa!”
“Hasan! Apa-apa sih kamu ini?! Cepat kamu bebaskan Merry!”
Ah, akhirnya neraka jahanam ini berakhir juga, pikirku. Hasan mematuhi perintah ayahnya. Segera dibukanya skamuruh ikatan di tangan dan kakiku. Aq bangkit dan segera berlari menghambur ke arah ayah tiriku.
“Sudahlah, Mer. Maafin Hasan ya. Itu kan sudah terjadi”, kata ayah tiriku menenangkan aq yang terus menangis dalam dekapannya.

“Tapi, Pa. Gimana nasib Meriska? Gimana, Pa? Aaahh.. Papaa!” tangisanku berubah menjadi jeritan seketika itu juga tatkala ayah tiriku mengangkat tubuhku sedikit ke atas kemudian ia menghujamkan kemaluannya yang sudah dikkamuarkannya dari dalam celananya ke dalam kewanitaanku. 

“Aaahh.. Papaa.. Jangaan!” Aq meronta-ronta keras. Namun dekapan ayah tiriku yang begitu kencang membuat rontaanku itu tidak berarti apa-apa bagi dirinya. Ayah tiriku semakin ganas menyodok-nyodokkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku.
Ah! Ayah dan anak sama saja, pikirku, begitu teganya mereka menyetubuhi anak dan kakak tiri mereka sendiri.
Aq menjerit panjang kesakitan sewaktu Hasan yang sudah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya ke dalam lubang anusku. Aq merasakan rasa sakit yang hampir tak tertahankan lagi.

Ayah dan kakak tiriku itu sama-sama menghunjam tubuhku yang tak berdaya dari kedua arah, depan dan belakang. Akibat kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tak terhingga akhirnya aq tidak merasakan apa-apa lagi, tak sadarkan diri. Aq sudah tidak ingat lagi apakah Hasan dan ayahnya masih mengagahiku atau tidak setelah itu.

Beberapa bulan telah berlalu. Aq merasa mual dan berkali-kali muntah di kamar mandi. Akhirnya aq memeriksakan diriku ke dokter. Ternyata aq dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku.
Aq mengandung? Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Aq tidak tahu secara pasti, siapa ayah dari anak yang sekarang ada di kandunganku ini. Ayah tiriku atau Hasan. Hanya mereka berdua yang pernah menyetubuhiku.
Aq bingung, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang pasti ia adalah anakku. Lalu apakah ia juga sekaligus adikku alias anak ayah tiriku? Ataukah ia juga sekaligus keponakanku sebab ia adalah anak adik tiriku sendiri?
Previous
Next Post »